Gua Maria Wening Kalbu (menapakmelangkah.blogspot.com/Leonardo Agastya) |
Apakah nama Gua Maria Wening Kalbu terasa asing di telinga? Gua Maria Wening Kalbu memang masih cenderung sepi dan kurang dikenal karena ketersediaan informasi yang terbatas dan akses menuju lokasi cukup sulit. Gua Maria Wening Kalbu terletak di Dukuh Wonosari, Desa Jurangjero, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunungkidul. Letaknya berada tepat setelah Puncak Bundelan (dari arah Klaten) atau tepat sebelum Puncak Bundelan (dari arah Yogyakarta).
Untuk menuju Gua Maria Wening Kalbu, kita bisa mengikuti plang petunjuk arah yang bertuliskan SMP 5 Ngawen, setelah itu lurus terus mengikuti jalan hingga menemukan SD Kanisius Wonosari yang terletak tepat di sebelah Kapel Aloysius Gonzaga. Setelah sampai di Kapel Aloysius Gonzaga, kita bisa bertanya pada penduduk setempat mengenai arah menuju Gua Maria Wening Kalbu. Perlu menjadi catatan, bagi pengguna kendaraan roda 4 disarankan untuk parkir di Kapel Aloysius Gonzaga. Sedangkan bagi pengguna kendaraan roda 2 bisa melanjutkan perjalanan menuju salah satu rumah warga yang dikenal dengan Pak Jenggot melalui jalan kecil yang sedikit ekstrem dengan lebar kurang lebih satu meter.
Jalan di Sebelah Kapel Aloysius Gonzaga (menapakmelangkah.blogspot.com/Leonardo Agastya) |
Ada 2 jalur yang bisa kita lewati, yaitu jalur dari rumah Pak Jenggot dan jalur dekat kapel. Namun, sangat direkomendasikan untuk melalui jalur dari rumah Pak Jenggot karena lebih bersih dan ada warga yang bisa mengantar. Kebetulan, ketika saya dan teman-teman kesana, kami dibagi menjadi dua kelompok, dua orang melalui jalur dari rumah Pak Jenggot dan dua orang melalui jalur dekat kapel. Perbedaan dari kedua jalur tersebut cukup nampak pada kondisi jalurnya. Jalur dekat kapel cenderung rusak dan sulit untuk dilalui, sedangkan jalur dari rumah Pak Jenggot cenderung baik dan mudah dilalui. Banyaknya warga yang berladang dan ramah juga menjadi alasan mengapa jalur dari rumah Pak Jenggot lebih direkomendasikan.
Ketika berjalan menuju Gua Maria Wening Kalbu (dari rumah Pak Jenggot), kami diantarkan oleh salah satu warga yang sedang berladang dengan senang hati. Perjalanan yang kami tempuh kurang lebih hanya 15 menit trekking. Sesampainya di sana, kami menunggu kedua teman kami yang melalui jalur dekat kapel. Kurang lebih 30 menit mereka sampai setelah kami. Hal yang wajar karena jalur yang mereka lalui rusak.
Di depan Gua Maria terdapat sebuah pendopo kecil dengan patung Bunda Maria di dalamnya. Sebelumnya, pendopo tersebut sempat mengalami longsor lalu ditata kembali. Dari pendopo tersebut, kita dapat melihat hamparan luas pegunungan hijau yang sangat indah. Semilir angin juga menambah kesejukan suasana. Hal ini memang dikarenakan lokasi Gua Maria yang berada tepat di bawah Gunung Gambar.
Bagian Pendopo yang Terdampak Longsor (menapakmelangkah.blogspot.com/Leonardo Agastya) |
Gua Maria Wening Kalbu memiliki struktur yang unik meskipun sederhana. Patung Bunda Maria dan Yesus Kristus diletakkan bersebelahan dalam sebuah cekungan yang cenderung kecil. Ukuran yang cenderung kecil dan lokasinya yang masih sepi menciptakan suasana yang sangat tenang dan damai. Selain itu, patung Bunda Maria di Gua Maria Wening Kalbu, apabila dilihat secara sekilas akan nampak cerah dan memberikan suasana terang. Untuk sendang yang berada di sini, situasinya kering. Mungkin karena sedang musim kemarau.
Ketika kami berdoa di depan gua, saya merasakan suasana yang semakin tenang dan damai. Seperti diberikan waktu sejenak untuk berdoa, berkontemplasi, berefleksi, dan merelaksasikan diri. Suasana yang sangat dalam itu membuat saya sangat terkesan dengan Gua Maria Wening Kalbu. Sebuah kesempatan emas bagi saya untuk bisa sampai ke Gua Maria Wening Kalbu dan sebuah kesempatan yang lebih dari emas apabila saya bisa berkunjung lagi kesana.
Sendang yang Kering (menapakmelangkah.blogspot.com/Leonardo Agastya) |
Setelah selesai berdoa, kami beristirahat dan bersantai sejenak, lalu semuanya turun melalui jalur dari rumah Pak Jenggot. Jalur turun cukup curam, namun masih tergolong aman (selalu berhati-hati dalam mengambil langkah). Sesampainya di rumah Pak Jenggot, kami disambut dengan sangat ramah oleh Pak Jenggot dan keluarganya. Saya merasakan suasana “rumah” ketika berada di sana. Sayangnya, saat itu kami harus segera pulang karena salah satu teman kami memiliki agenda penting yang tidak bisa ditunda. Sungguh, saya merasakan suasana kebahagiaan dalam trip ke Gua Maria kali ini.
Jalur Turun Menuju Rumah Pak Jenggot (menapakmelangkah.blogspot.com/Leonardo Agastya) |
Melepaskan sejenak dari segala kelelahan, keresahan, keraguan, maupun emosi negatif dalam diri dengan mengunjungi Gua Maria Wening Kalbu adalah salah satu pilihan yang tepat. Suasana “dalam” yang ditawarkan mempengaruhi jiwa kita untuk beristirahat sejenak. Perlu dicatat, siapa pun boleh ke Gua Maria Wening Kalbu (tidak ada batasan apapun), asalkan datang dengan niat yang baik dan bisa bersikap baik juga dengan warga setempat. Selain itu, satu catatan lagi, cek kondisi kendaraan ketika memiliki rencana untuk mengunjungi Gua Maria Wening Kalbu ini.
Sekian dari saya, menapak, melangkah, Gua Maria Wening Kalbu.
👍
BalasHapus