Pantai Kayu Arum (menapakmelangkah.blogspot.com/Leonardo Agastya) |
Pantai Kayu Arum adalah sebuah pantai di Gunungkidul yang mungkin jarang didengar karena tempatnya yang relatif sepi dan akses jalan yang sulit. Karena tempatnya yang relatif sepi, siapa pun yang pertama kali menginjakkan kaki di pantai ini pasti akan merasa kagum dengan keindahan Pantai Kayu Arum. Pantai ini diapit oleh kedua bukit tinggi dengan ombak yang relatif besar.
Suasana tenang dan damai akan dirasakan ketika sampai di Pantai Kayu Arum. Angin yang cukup kencang juga membuat suasana semakin syahdu. Tempatnya yang relatif sepi juga menjadikan pantai ini layaknya private beach. Melakukan camping di pantai ini adalah pilihan yang tepat. Namun, pilih tempat camping yang aman, jangan mendirikan tenda tepat di bibir pantai!
Pantai Kayu Arum memiliki batu-batu karang di sepanjang bibir pantai, sehingga cukup berbahaya jika digunakan untuk berenang. Apalagi ombaknya juga relatif besar. Namun, apabila ingin berenang juga bisa, asalkan tetap waspada. Pantai ini juga bisa digunakan untuk memancing karena terdapat beberapa hewan laut di Pantai Kayu Arum.
DARI BERMOTOR HINGGA BERJALAN KAKI
Perjalanan menuju Pantai Kayu Arum saya lakukan bersama kedua teman saya menggunakan sepeda motor. Perjalanan dimulai dari Cawas, Klaten. Kami memilih jalur Sambisari-Nglipar-Sambipitu-Wonosari-Baron karena ingin lebih menikmati perjalanan. Selama perjalanan, hujan tipis-tipis mengiringi kami hingga daerah Baron. Sesampainya di gerbang retribusi pantai, kami membayar biaya retribusi sekitar 10.000,00 per orang.
Sejenak berbincang dengan petugas retribusi, kami meminta gambaran petunjuk untuk menuju Pantai Kayu Arum. Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan dan sesampainya di pos retribusi kedua (pos yang beda arah) kembali bertanya pada petugas retribusi karena merasa sudah berjalan cukup jauh. Ternyata petugas pos retribusi kedua belum pernah mendengar tentang Pantai Kayu Arum. Kami pun sedikit terkejut dan sedikit ragu. Namun, berbekal informasi dari internet yang dikumpulkan semalam sebelumnya, kami mencari Baron Techno Park sebagai patokan.
Akhirnya kami menemukan plang bertuliskan “Pantai Kayu Arum” yang mengarah pada jalan makadam sempit. Ketika itu saya sempat ragu, namun akhirnya nekat dan bertemu dengan beberapa warga. Ternyata jalannya memang seperti itu dan cukup mengikuti jalan tersebut. Kami pun sampai di sebuah gubuk kecil yang merupakan tempat parkir. Di gubuk tersebut kami bertemu dengan seorang kakek yang ternyata menunggu gubuk tersebut. Ternyata sebelum kami sampai sudah ada orang lain yang terlebih dahulu sampai, jadi kami tidak sendirian.
Berfoto di Depan Pantai Kayu Arum (menapakmelangkah.blogspot.com) |
Kami pun melanjutkan perjalanan menuju Pantai Kayu Arum dengan trekking membelah bukit. Jarak dari gubuk hingga pantai tidak terlalu jauh, hanya sekitar 500 m hingga 800 m. Jalurnya juga cukup mudah dan landai, namun tetap waspada dengan batuan karang yang tajam. Ketika hampir sampai, jalur akan turun curam, oleh karena itu harus ekstra hati-hati. Sesampainya di lokasi, kita akan disambut dengan sebuah sumur tua dan sebuah bangunan, sepertinya rumah. Ketika menengok ke kiri, kita akan melihat yang dimaksud dengan eksotisme di balik bukit.
Ketika sampai di sana, kami bertemu dengan rombongan dari Jogja yang sudah datang terlebih dahulu. Setelah bertegur sapa sejenak, kami segera mencari lahan yang tepat untuk mendirikan tenda. Tepat ketika akan mendirikan tenda, hujan tiba-tiba mengguyur deras tanpa ancang-ancang. Kami segera mendirikan tenda dengan cepat dan segera masuk ke dalam tenda. Namun, tetap saja kami semua basah kuyup.
Selang beberapa menit kami beristirahat di dalam tenda, hujan tiba-tiba reda. Kami pun keluar dan bermain di bibir pantai sambil menikmati sunset dari sisi barat. Perlu menjadi catatan bahwa di Pantai Kayu Arum bisa menikmati sunset maupun sunrise karena diapit oleh dua bukit. Setelah selesai bermain di bibir pantai, kami membersihkan diri di sumur tua, lalu kembali ke tenda.
Malam itu kami habiskan dengan berbagi cerita sembari makan roti dan jajanan lainnya. Obrolan pun tak terhentikan hingga larut dan satu per satu pun terlelap dalam tidur. Ketika kami tidur, angin laut saat itu sangat kencang hingga menimbulkan berbagai suara yang cukup berisik. Suara ombak yang memecah batu karang pun terdengar cukup mengerikan. Hujan pun menemani sepanjang malam kami dengan ritme yang tak beraturan.
Sunrise di Balik Bukit (menapakmelangkah.blogspot.com) |
SEMALAM PUN BERLALU
Semalam pun berlalu dan pagi kami disambut oleh hangatnya sang fajar yang mulai menampakkan wajahnya dari sisi timur. Kami pun pergi ke sumur tua untuk meraup muka dengan air. Setelah itu, kami lanjut bermain di pantai sekaligus mengeksplor beberapa bagian pantai. Pantai Kayu Arum memang dipenuhi oleh batuan karang yang indah. Sangat wajar jika suara ombak yang memecah batu karang di malam hari sangat keras dan terkesan mengerikan.
Ketika bermain di Pantai Kayu Arum, rasanya tak pernah puas hingga kami lupa waktu. Setelah selesai bermain dan mengambil dokumentasi, kami kembali ke sumur tua untuk membersihkan diri. Ini adalah bagian yang cukup mengesankan bagi saya karena kami tak ada habisnya bergiliran untuk mengguyur tubuh dengan air sumur. Rasanya sangat segar dan kami pun harus segera pulang.
Kami segera mengemas ulang barang-barang bawaan kami. Tak lupa kami membungkus sampah fisik yang telah kami bawa sebelumnya. Ketika kami sedang berkemas, salah satu penduduk yang sedang berladang menghampiri kami dan kami pun mengobrol sejenak. Kami mengobrol tentang rencana pembangunan pantai-pantai di sekitar Pantai Kayu Arum dan wacana pembangunan daerah kuliner di sana.
Setelah puas mengobrol, kami melanjutkan perjalanan menuju gubuk parkir. Namun sebelumnya, kami kembali berfoto di bibir pantai yang ternyata sudah surut. Setelah puas berfoto, kami berpamitan dengan penduduk setempat yang sedang berladang tadi. Sesampainya di gubuk parkir, kami bertemu dengan salah satu penduduk yang sedang berladang juga.
Sebagai catatan, untuk parkir motor kami membayar sebesar Rp 10.000,00 per motor (dua hari satu malam). Kami bayar biaya parkir motor ketika bapak penjaga gubuk parkir mendatangi tenda kami dan menyampaikan bahwa beliau harus pergi untuk melaksanakan vaksinasi Covid-19. Sehingga kami harus membayar parkir terlebih dahulu. Namun, beliau mengatakan bahwa gubuk parkir tersebut aman jika siang hari dan pasti akan ada penduduk yang berladang di sana, jadi ada yang menunggu selain beliau.
Setelah itu, kami berpamitan dan segera pulang. Jalan makadam yang semalam diguyur hujan deras menjadi cukup licin sehingga perlu kewaspadaan yang ekstra. Kami pulang melalui jalur yang sama seperti berangkat. Selama pulang, kami diiringi hujan gerimis saja.
Pantai Kayu Arum Ketika Surut (menapakmelangkah.blogspot.com/Leonardo Agastya) |
Pantai Kayu Arum memang menyimpan sejuta keindahan sehingga tidak berlebihan jika disebut sebagai penimbun eksotisme. Pantai ini bisa digunakan untuk camping dan memancing. Selain itu, pantai ini juga menawarkan pesona sunrise dan sunset sekaligus. Bagi yang ingin beristirahat sejenak dari hiruk-pikuk kota dan tekanan pekerjaan, Pantai Kayu Arum dapat menjadi salah satu wishlist sebagai pantai yang wajib dikunjungi. Namun, selalu ingat dengan etika ketika berkunjung ke “rumah orang lain”. Hormati segala norma yang ada di masyarakat dan sebisa mungkin jangan pernah membuat mereka kecewa.
Sekian dari saya, menapak, melangkah, Pantai Kayu Arum.
- Leonardo Agastya
Klaten, 30 Oktober 2021
Note: Perjalanan dilakukan pada 23-24 Juni 2021
For more information:
Follow me on Instagram: @menapak.melangkah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar